Sunday, May 14, 2006 |
15:40 .::. kesendirian seorang gadis |
Ini adalah kisah kesendirian seorang gadis. Ya, seorang gadis, sendiri. Mohon disadari, gadis yang dimaksud dalam kisah berikut bukanlah si Gadis anak FIB =)
Akhir pekan, yang sering juga disebut weekend, yang katanya saat-saat bersantai bersama keluarga atau bisa juga bersama kekasih bagi mereka yang memilikinya. Namun bagi sang gadis, akhir pekan kali ini adalah masa2 sendiri.
Sabtu pagi, 13 Mei 2006. tre no net not tet tot tet… tre not tet not net not net…. Te no ne no net net net not net net not net not net.. tu ni na ni na ni ni nut… Ring tone Wish Upon a Star, yang artinya adalah telpon dari nomor yang tak tercatat di phone book HP sang gadis. Berbunyi di pukul 7 pagi, ketika sang gadis masih terlelap. Jelas saja tak ada niatan untuk mengangkatnya. Apalagi, ketika tone itu berbunyi lagi dan muncul nomor +6221740****, hah… nomor rumah sapa ini? Biarkan saja…
Sayangnya, pagi itu si gadis memang sangat mengantuk, jadi ia tidak sadar bahwa itu adalah telpon dari rumet-nya sendiri. Pada intinya, sang rumet minta tolong agar si gadis ke FE transfer uang sebesar satu juta rupiah ke rekening temannya si rumet. Dompet serta ATM si rumet ketinggalan di kos. Dan akhirnya, hari yang semula direncanakan oleh si gadis untuk bermalas-malasan harus beralih menjadi hari yang diawali dengan jalan kaki dari Kutek ke FE. Kebodohan pun terjadi. Sudah sampai di FE, barulah si gadis sadar, gak bisa transfer dari BCA ke BNI. Huh, bodohnya si gadis ini. Jalan kaki yang ia lakukan jadi sia-sia.
Siang hari yang sepi. Setelah makan siang (sendirian), nonton DVD Nanny Mc. Phee (sendirian), ia pun memilih untuk tidur siang. Menunggu alarm HP yang akan berbunyi di pukul tiga sore. Si gadis sudah berjanji akan tiba di Gelar Jepang pada pukul 15.40, tepat saat di mana seharusnya TiVu tampil. Dan apa yang terjadi? Pukul 3 kurang 12 menit ada yang membangunkan tidurnya dengan telpon dari nomor yang lagi-lagi tidak dikenalnya. Yah, setidaknya berkat telpon itu, si gadis jadi bersiap-siap.
Mandi, ganti baju, berpose-pose di depan cermin, dan langkah yang cukup terburu-buru, ternyata si gadis tiba di lapangan parker FIB tepat pukul 15.40. Ternyata TiVu sudah tampil dari tadi. Bahkan sang gadis hanya sempat menonton 2 lagu terakhir dari 5 lagu yang dibawakan TiVu. Lumayan lah, baru sampai, eh sudah disambut dengan Hitomi no Juunin. Hanya saja, setiap detik, kekhawatiran si gadis bertambah terus. Kira-kira bakal ada gak ya yang bisa disapa oleh sang gadis?
Syukurlah Tuhan mendengar permintaannya. Ketika TiVu masih di panggung, lewat seorang Reza Benaji, yang setidaknya bisa disapa “sama sapa?”. Beberapa menit kemudian juga ada dua orang lain yang bisa disapa, Gita n Moja. Lebih bagus lagi ketika si gadis juga menemukan Dani, gitaris Claire. Setidaknya si gadis bisa bertanya “liat Rori gak?”. Semakin senang ketika Dani menjawab “ada tuh di sana sama Ikhsan sama Arya”. Rasa sendiri si gadis jadi berkurang. Dan beberapa saat kemudian juga ada Ida n Fa’iz. Hmm, ternyata banyak juga yang bisa disapa oleh sang gadis.
Karena salah satu tujuan si gadis dateng GJ adalah untuk ketemu Rori, maka ia berusaha keras mencari Rori ke seluruh bagian area GJ. Tapi kok tidak ketemu ya? Yang ia temukan malah seseorang tak dikenal berkacamata hitam semi transparan yang tiba2 menyapa “halo Aurora… gimana band-nya? Masih terus main kan??”, dengan kecut si gadis hanya bisa menjawab “nih lagi nyari anak2nya, udah jarang sih, jaraaannnggg… banget”. Dan orang asing itu masih membalas “ayo donk main lagi, terusin!!”. Sambil tersenyum dan melambaikan tangan, si gadis meninggalkan pria asing tadi. Siapa ya orang itu? Mungkin penonton waktu Claire manggung di BSI bulan Januari lalu kali ya??
Setelah sekian lama, ketemu juga si Rori n Ikhsan. Sayang gak bisa ketemu Arya. Yah, kali ini semakin lumayan lah. Si gadis jadi ada yang nemenin nonton. Kalo mo goyang2 badan dikit jadi gak malu2 banget, kalo mo tepuk tangan, gak malu2 juga, dan kalo ada yang pengen dikomentarin dari band yang lagi manggung, ada yang bisa diajak ngomong. Break maghrib memisahkan si gadis dengan Rori dan Ikhsan, sebelum terpisah, keluar pernyataan dari Rori yang secara tidak langsung menyatakan bahwa Claire akan (baca:telah) bubar. Lucunya, kata2nya diperhalus gak jelas. Masih saja si Rori menawarkan apakah si gadis masih akan mempertahankan Claire? Karena Rori dan Ikhsan sudah positif cabut. Seandainya si gadis akan bertahan, berarti tinggal berdua dengan Ringga, karena Arya lagi di Japan. OMG…
Anyway, kalo dipikir-pikir. Yang seru di GJ kali ini malah MC-nya. Iya, si Tomo yang asli Japan tapi dah 3 tahun tinggal di Jawa Timur dan 20 hari di Jakarta. Lucu2 yang gak halal diucapkan di panggung selama dia jadi MC. Kata Tomo, waktu di Jawa Timur dia pernah diajari bahasa Jawa. Kalo kita punya teman yang sudah empat tahun tidak bertemu, tiba2 ketemu, maka bahasa Jawa-nya adalah “Jan*uk, tak kira wes mati koe, rek!!”. Dan katanya, pernah juga di Yogya, Tomo diajari cara mengucapkan permisi kalau hendak melewati orang tua, “Asu, Pak! Asu, Bu!”.. Wis edan, koe Tom!!!!!
Awalnya sang gadis merencanakan untuk nonton sampai acara selesai, mau liat hanabi! Tapi, ternyata Mimi mau datang ke kos si gadis sekitar pukul 7. Ditambah lagi sikon yang kurang mendukung, mendung! Ya sudahlah, tidak ada yang perlu disesali oleh si gadis. Si gadis dan Mimi ke Kutek naik ojek. Dan begitu tiba di kos, byurrrrr… hujan deras pun melanda. Yang ada di benak si gadis adalah, kasihan yang masih nonton GJ, pada kehujanan, kasihan juga panitia nya, jangan sampai hanabi dibatalkan, bisa kecewa berat para penonton..
Semalam berlalu dengan cepat dan ketika ia terbangun di pukul 9 pagi, Mimi sudah pergi dengan meninggalkan pesan di pintu kamar. Ya, lagi2 si gadis harus menghadapi hari yang penuh kesendirian. Cuci muka, buat energen pake oatmeal, sikat gigi, nonton Oprah, beli makan siang, buat laporan testing RPL, dan tau2 waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Saatnya bersiap-siap ke gereja, yang lagi2 sendirian. Bagi sang gadis, ini adalah pertama kalinya pergi ke gereja yang bukan biasa ia datangi, sendirian.
Si gadis tiba di gereja sekitar 10 detik sebelum ibadah dimulai. Agak aneh, kursi2 di depan kebanyakan kosong, yang terisi hanya bangku2 di ujungnya dengan tiap ujung diisi oleh satu orang. Yang artinya, orang2 itu pun datang sendiri. Dan si gadis mengambil posisi serupa dengan orang2 yang sendirian lainnya. Duduk di bangku agak depan, merapat ke ujung bangku, sendirian. Lima menit kemudian ternyata bangku2 yang semula kosong sudah terisi.
Khotbah yang cukup menarik. Sepenggal kalimat yang tidak akan dilupa sang gadis: “orang kelaparan tidak hanya karena kekurangan tetapi bisa jadi karena ketidaktaatan”. Setelah khotbah yang membicarakan manna, si gadis jadi ingat kalo perutnya pun belum diisi manna =)
Meski sendirian, bukan berarti tidak bisa senang2. Semula, si gadis berencana untuk menikmati makan malam di Pizza Hut Margonda, sendirian. Tapi, setelah dipikir-pikir, cost nya lumayan besar. Bisa-bisa habis 40rb hanya untuk makan malam sendirian. Akhirnya si gadis memilih ke mal Depok, mampir ke Disctara, yang tadinya tidak direncanakan, malah si gadis beli kaset Glen – ‘aku dan wanita’. Makan malam di Mc. D sendirian, berkeliling cellular center sambil menghabiskan nestea sendirian, dan mengakhiri perjalanan dengan belanja di Matahari supermarket sendirian.
Tiga minggu lalu si gadis kehilangan charger HP. Di cellular center si gadis nanya2 harga charger. Hasilnya, ada yang bilang, ori second 50-an, palsu baru 25. Toko lain bilang ori second 50, palsu baru 35. Toko lain ori baru 125. Yang terakhir bilang ori baru 75, palsu baru 50. Huh. Si gadis jadi ragu. Jangan2 yang mengaku bahwa yang dijual adalah ori baru ataupun ori second pun belum tentu bener2 original.
Sampai di kos, sendirian, si gadis merendam cucian, menyetrika, dan akhirnya mengetik postingan ini. Demikianlah kisah malang si gadis yang sendirian. Yang di hari minggu ini ia tidak menerima SMS dari siapapun, telpon dari siapapun. Yang ia terima hanya satu panggilan kangen (missed call?) dari nomor yang tak tercatat namun diyakini sebagai nomor Prio Wiseso alias Pridjo. Taruna AAU asli Palembang, yang punya pulsa buat panggilan kangen, tapi kok gak ada pulsa buat SMS? Djo.. djo… koe tuh Pridjo opo Bedjo?? Padahal seandainya Pridjo menelpon, sang gadis ingin bertanya, seberapa jauh ksatrian dari Merapi yang saat ini statusnya sudah naik jadi ‘awas’…
Hei, postingan ini diselesaikan si gadis tepat pukul 22.22. Lagi2, angka kembar! |
posted by Ra! @ 23:23 |
|
|
|